07.54
Kesenian Dogdog Lojor
Kesenian Dogdog Lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer
Pangawinan atau Kesatuan Adat Banten Kidul yang tersebar disekitar
Gunung Halimun (berbatasan dengan Sukabumi, Bogor dan Lebak). Meski
kesenian ini dinamakan Dogdog Lojor, yaitu nama salah satu waditra di
dalamnya, tetapi disana juga digunakan Angklung karena ada kaitannya
dengan ritual padi. Setahun sekali setelah panen, seluruh masyarakat
mengadakan acara sera h taun atau seven taun di pusat kampung adat.
Pusat kampung adat tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu
berpindah-pindah sesuai dengan petunjuk gaib.
Instrumen yang digunakan dalam Dogdog Lojor ini adalah dua buah
Dogdog Lojor dan empat buah Angklung. Keempat buah Angklung tersebut
memilki nama, yang terbesar dinamakan Gonggong, kemudian Panembal,
Kingking dan Inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh seorang pemain
sehingga semuanya berjumlah enam orang.
Lagu-lagu Dbgdog Lojor diantaranya Lagu Bale Agung, Samping
Hideung, Oleng-oleng Panganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang dan
Adu-aduan. Lagu-lagu ini berupa vokal dengan ritmis Dogdog dan Angklung
cenderung tetap.
Sedikit berbeda dengan yang pernah tersaksikan pada tahun 1970an
di Kampung Adat Sirnaresmi Kec. Cisolok Kab. Sukabumi. Disini jumlah
Angklungnya lebih banyak serta ditampilkan oleh dua kelompok yang
seolah-olah berlawanan serta bertanding dalam mempertontonkan keragaman
keterampilannya. Secara kompak masing-masing kelompok mempertunjukkan
berbagai Iangkah sambil menabuh Angklungnya dan Dogdog Lojor. Mereka
meloncatloncat bersama, bergeser bersama dan berlarian menghindari
gangguan kelompok lain. Mereka berlari data pola Oray-orayan serta
bermain Ucing-ucingan, sating mengintai dan membuyarkan kelompok lain.
Dalam suatu upacara seren taun di Sirnaresmi pada tahun 70-an
terlibat dalam Helaran Ngakut Pare. Kemudian setelah Ampih Pare, barisan
Dogdog Lojor tampil mempertunjukkan keterampilannya untuk menghibur
para pengunjung upacara. Dengan kehadiran Gondang dan Lesung yang
berirama menambah menariknya suasana audio-visual didepan mata.
Di priangan timur satu-satunya uraian mengenai kehadiran perangkat
Angklung Dogdog Lojor adalah di Limbangan Kabupaten Garut. Demikian
menurut keterangan I. Kusnadi Penilik Kebudayaan Kandepdikbud Kec.
Limbangan Kab. Garut.
Kesenian Dogdog Lojor ini sejak tahun 1900 telah ada di Desa
Sukadana Kec. BL. Limbangan Kab. Garut. Oleh seorang warga kampung
tersebut yang bemama Bapak Abdul.
Menurut cerita istilah Dogdog Lojor ini tercipta karena alat atau
waditra yang dipergunakan berupa Dogdog panjang yang terbuat dari pohon
jambe (pinang) dan dilengkapi oleh sebuah Angklung serta Kohkol untuk
Iebih menyemarakan suara.
Menurut kepercayaan pendudu setempat kesenian ini dimaksudkan untuk
memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diturunkan hujan bila saat musim
kemarau tiba, sambil memandikan seekor kucing dan diarak secara
beramai-ramai. Namun sekarang kesentan ini hanya merupakan sarana
hiburan baik secara perorangan maupun pada acara-acara formal atau hari
libur Nasional.
Sekitar tahun 1930-an, Bapak Abdul meninggal dunia dan kesenian ini
hanya dilanjutkan oleh putranya yaitu Bapak Harun (80 tahun) yang masih
ada sampai sekarang.
Kesenian Dogdog Lojor ini didukung oleh 8 orang pemain antara lain
- Dua orang pemain Angklung
- Tiga orang pemain Dogdog panjang (lojor)
- Dua orang pemain Kohkol
- Satu orang pemain Keprak sebagai pelengkap
Lama pertunjukkan ini rata-rata 1-2 jam apabila dipertunjukkan
untuk umum, akan tetapi dapat diperpendek apabila pertunjukkan untuk
acaraacara yang Nasional seperti HUT Kemerdekaan RI.
0 komentar: